Pages

Senin, 02 Desember 2013

Air Putih Membuatku 10 Tahun Lebih Muda

Sarah Smith, 42 tahun asal Inggris membagi pengalamannya saat melakukan percobaan pribadi mengonsumsi air putih lebih banyak.

kita tahu bahwa tubuh membutuhkan cairan setiap hari. Dengan patokan ini, seringkali tercipta pandangan: yang penting kebutuhan cairan terpenuhi, apa pun yang diminum. Banyak orang di semua belahan dunia berpikiran serupa. Maka, kita lebih memilih langsung minum kopi saat bangun pagi, memilih minuman isotonik saat kelelahan, atau memilih minuman bersoda, teh, saat santai.



Sangat wajar memanjakan tubuh. Namun, pernahkah Anda mencoba untuk lebih mengambil segelas air putih di waktu-waktu tersebut agar kebutuhan 3 liter air sehari terpenuhi oleh tubuh? Mungkin pengalaman Sarah berikut ini bisa jadi renungan.
Sarah Smith (sebagaimana diceritakan pada Daily Mail)

Biasanya saya memulai hari dengan secangkir teh, kemudian mungkin segelas air setelah makan siang dan malam. Sepertinya lumayan banyak, tapi tentu saja sebenarnya tidak cukup.

Saya menderita sakit kepala menahun dan pencernaan yang buruk, dan ketika berkonsultasi dengan ahli saraf serta ahli gizi tentang masalah ini, mereka menganjurkan saya mengonsumsi 3 liter cairan (air putih) setiap hari.

Saya juga membaca setidaknya 1 dari lima wanita di Inggris kurang banyak mengonsumsi air putih per hari, maka saya memutuskan melakukan percobaan. Inilah foto saat saya memulai percobaan ini.

 




Minggu 1
Tiga liter air putih setiap hari bukan perkara mudah. Ahli kesehatan menyarankan jangan drastis melakukannya. Ia menyarankan membagi menjadi 3 x 1 liter, pagi, siang, sore.

Setelah satu minggu berjalan, mulai tampak perubahan. Air seni (urin) saya jadi lebih terang, tidak berwarna kuning gelap lagi. Saya juga lebih mudah melakukan yoga. Ya, saya sudah melakukan yoga tiap pagi selama bertahun-tahun, namun semenjak melakukan percobaan air putih menjadi semakin mudah. Menurut Gemma Critchley dari British Association Diet, air membantu melumasi sendi.


Minggu 2



Berat saya turun 1/2 kg. Warna kulit saya jadi lebih bersih.  Masih ada kerutan di bawah mata, tapi warnanya tidak gelap lagi. Bercak di wajah saya juga berkurang.

Saya merasa senang ketika adik ipar memberitahu kulit saya terlihat lebih cerah daripada seminggu yang lalu.


Minggu 3


Lingkar pinggang di awal percobaan 28, dan sekarang 27,5. Wow, lebih langsing. Lingkaran hitam dan kerutan di bawah mata saya hampir menghilang, dan kulit saya terlihat lebih terpelihara. Sekarang kulit saya tampaknya memiliki elastisitas yang jauh lebih baik.


Minggu 4



Ukuran pinggang saya kini 27. Saya benar-benar tidak percaya perbedaan di wajah saya. Saya  tampak seperti seorang wanita yang berbeda. Bayangan gelap di mata telah hilang, bercak di kulit juga hilang.

Saya merasa lebih ramping dan sehat. Apapun yang terjadi, saya akan terus minum 3 liter air sehari - dan akan menyarankan pada setiap wanita untuk melakukan hal yang sama (setelah berkonsultasi ke dokter, tentu saja).

Saya merasa bugar, lebih ramping dan sehat, dan suami saya serta teman-teman memberitahu bahwa saya terlihat sepuluh tahun lebih muda. 

Sumber :

Kalimat Bijak yang Harus Didengar Anak di Seluruh Dunia

Anak adalah aset luar biasa yang dititipkan oleh Tuhan kepada kita. Memiliki anak sama dengan memiliki tanggung jawab yang besar. Anda bertanggung jawab penuh padanya, bagaimana cara mendidik mereka, apa saja yang mereka butuhkan untuk bertumbuh, serta curahan kasih sayang Anda sangat mereka butuhkan.


Selain itu, Anda juga bertanggung jawab untuk membimbing mereka. Karena mengasuh anak tidaklah mudah, kadang Anda harus memilah-milah kata yang pantas untuk diucapkan. Apalagi jika anak Anda masih kecil. Seperti yang dilansir dari babble.com, berikut words of wisdom yang harus didengar semua anak di dunia.


Jeans never go out of style

Katakan pada mereka bahwa tidak selamanya menggunakan jeans itu keren. Pakailah pakaian sesuai seragam sekolah dan jangan khawatir tentang mode. Hal ini mengajarkan kepada anak-anak kita untuk mematuhi peraturan yang ada, meskipun banyak godaan.


Semua ada waktunya

Kesabaran adalah sebuah kebajikan. Tanamkan pada anak Anda buah-buah kesabaran. Tidak semuanya yang mereka inginkan dapat terkabul sekarang juga. Seperti kalimat klise "Semua akan indah pada waktu-Nya", tetapi memang janji Tuhan tak pernah ingkar.


Keep on, keepin' on

Hidup tak selamanya mudah. Pasti ada kerikil-kerikil yang menghambat jalan anak Anda kelak. Ajari mereka semangat pantang menyerah. Kerja keras dan ketekunan yang akan mengantar mereka pada gerbang kesuksesan.


Kamu tak pernah sendirian

Iya, apapun yang terjadi, mereka tak akan pernah sendirian. Anda, suami Anda, semua anggota keluarga, ataupun sahabat mereka kelak pasti akan selalu ada. Ajari mereka mandiri, apapun yang bisa mereka lakukan sendiri, lakukan. Tetapi jika mereka merasa gagal atau mempunyai masalah, ingatkan bahwa mereka tak pernah sendirian.


Taklukkan dunia

"Dunia ada di tanganmu, nak", biarkan mereka belajar apa saja. Kembangkan potensi mereka. Ketidaknyamanan dalam melakukan sesuatu membuat mereka tidak berkembang. "Tak ada noda, tak belajar," begitu kata salah satu iklan.

Meskipun memiliki anak adalah tanggung jawab yang besar, jangan terlalu dijadikan beban. Orang tua merupakan salah satu jalan anak untuk menuju sukses.

Sumber :
apakabardunia
vemale.com

Timbunan Senjata di Ladang

Seorang lelaki tua renta tinggal di sebuah rumah pertanian. Sudah beberapa hari ini waktunya lebih banyak dihabiskan duduk termenung memandangi ladang yang kosong. Tenaganya sudah habis, ia hanya mampu menggali sedikit setiap hari sebelum ditanami kentang lagi. Istrinya sudah lama meninggal, anak semata wayangnya kini mendekam di penjara karena terlibat revolusi melawan pemerintah.

Ilustrasi /  lindanorgrovefoundation.org

Akhirnya lelaki tua ini menulis secarik surat untuk anaknya:

Tegar, berapa lama lagi kamu harus mendekam di tahanan? Ayah kuatir tak sanggup menunggu hingga kamu bebas. Kamu tahu, kita hanya punya ladang sebagai penyambung hidup. Tetapi tenaga ayah sudah tak kuat lagi menggali tanah untuk ditanami kentang. Seandainya kamu ada di sini, hanya kamu yang masih punya tenaga untuk membantu ayah.

Ayahanda



Dua hari kemudian, datang telegram dari Tegar, anaknya:

Ayah, jangan gali tanah di ladang. Ada timbunan senjata saya sembunyikan.

Ayahnya kaget mendengar kabar ini. Ia pun tak bisa tidur semalaman, ngeri membayangkan apa yang terjadi. Kekuatirannya terbukti, beberapa jam kemudian mobil-mobil polisi telah mengepung rumahnya. Pasukan tersebut membawa cangkul dan langsung menggali di setiap sudut ladang. Nihil. Tak ditemukan apa-apa. Mereka kembali pergi meninggalkan rumah lelaki tua ini.

Dengan penuh kebingungan, lelaki tua ini pergi ke kantor pos dan mengirim telegram untuk anaknya:

Tegar, ayah tak mengerti. Apa maksudmu?

Selang beberapa jam kemudian, Tegar membalas pesan ayahnya:

Sekarang ayah bisa menanam kentang. Tanah sudah digali berkat bantuan polisi. Hanya ini yang bisa saya lakukan untuk menolong ayah. Salam sayang, Tegar.

Moral
Untuk menunjukkan cinta dan kasih sayang, tak selamanya kita harus hadir di hadapan orang yang kita cintai. Walau terpisah jarak, masih banyak cara untuk membuktikan dan memberi kasih sayang

Sumber :

Inspirasi: Sang Marinir Memilih Berlari Bersama Bocah Kecil

Foto dua orang pelari, yakni seorang anak didampingi marinir muda lengkap dengan ranselnya menjadi perhatian di jejaring sosial baru-baru ini. Bahkan sang marinir akhirnya diwawancarai beberapa media baik koran dan televisi di AS.

Marinir itu adalah Myles Kerr, 19 tahun. Kebetulan ia jadi peserta lomba lari Jeff Drenth Memorial 5K yang diselenggarakan di Charlevoix, Michigan, AS.  Lomba itu terbagi dalam beberapa kelompok, termasuk anak-anak dan dewasa.



Di waktu penyelenggaraan, Kerr memutuskan untuk berlomba mengenakan sepatu marinirnya serta celana loreng, dan sebuah ransel di punggungnya. Entah apa tujuannya, mungkin hanya menggunakan lomba lari sebagai ajang latihan, atau menunjukkan kebanggannya sebagai marinir AS? Yang pasti seragam tersebut membuatnya tertinggal di belakang. Sejak garis Start, ia pun berupaya mengejar teman-temannya.

Dalam perjalanan, Kerr melihat seorang anak yang juga peserta lomba sedang jalan kaki. Tampaknya kepayahan.  Ia mendekati anak itu dan setelah berada di sampingnya menanyakan kondisinya, “Kamu baik-baik saja?” tanya Kerr.

Bocah ini adalah Boden Fuchs, 9 tahun. Saat ditegur oleh Kerr, Boden memohonnya, "Sir, maukah Anda lari bersama saya?"

Karena ingin menolong, Kerr tak lagi berambisi mengejar teman-temannya. Ia terus berada di samping Boden sambil terus berlari di sampingnya. Akhirnya mereka sampai di garis finish. Boden lebih dulu finish dengan waktu 35 menit 43 detik, sedangkan Kerr lima detik setelah Boden.

Nah, peristiwa di atas difoto oleh beberapa orang dan diunggah ke jejaring sosial, sehingga akhirnya mendapat apresiasi dari berbagai kalangan.

Rasa sosial yang suka menolong telah ditunjukkan oleh Kerr, sang marinir muda. Menjadi juara bukan hal yang utama, lebih penting adalah menyemangati sesama - dan mendampingi, agar bisa tetap berlari hingga garis akhir. Nah, apakah kita juga mau memiliki empati yang sama seperti Kerr?

Sumber :

Renungan Saat Menghadapi Kesusahan

Saat kita mengalami berbagai kesulitan, apakah kita menjadi seperti wortel, telur, atau kopi? Cerita berikut ini bisa jadi bahan renungan.


Seorang anak perempuan mengomel kepada ayahnya tentang kehidupannya dan bagaimana keadaan sungguh sangat berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana ia menanganinya dan ia ingin menyerah. Ia lelah untuk terus bertarung dan berjuang. Sepertinya ketika satu masalah diselesaikan timbul masalah lain.

Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur, lalu mengisi 3 panci dengan air dan meletakkannya di api. Tak lama, air di ketiga panci itu mulai mendidih.
 

 

Di satu panci ia meletakkan wortel, di panci lain ia meletakkan telur, dan di panci terakhir ia meletakkan biji-biji kopi. Ia membiarkannya mendidih, tanpa berkata sepatah kata apapun.

Anak perempuannya dengan tidak sabar bertanya-tanya dalam dirinya apa yang ayahnya lakukan. Ia memiliki masalah, dan ayahnya membuat ramuan aneh. Setengah jam kemudian, sang ayah berjalan ke kompor dan mematikan apinya. Ia mengambil wortel dan telur lalu meletakkannya di piring. Kemudian mengambil kopi dari panci terakhir dan meletakkannya di gelas.

Sang ayah bertanya, "Sayang apa yang kamu lihat,"

Dengan cepat, ia menjawab, "Wortel, telur, dan kopi."

Sang ayah membawanya lebih dekat dan memintanya untuk meraba wortel. Ia melakukannya dan merasakan wortel itu sudah lunak. Sang ayah lalu menyuruhnya mengambil telur yang sudah direbus itu dan memecahkannya. Setelah membuka cangkang telur, ia mengamati isinya yang padat. Akhirnya, sang ayah menyuruhnya untuk meminum sedikit kopinya. Wajahnya berkerut merasakan kekuatan rasa kopi itu.

Ia bertanya, "Apa maksud dari ini semua ayah?"

Sang ayah menjelaskan, "Setiap benda ini mengalami hal yang sama, 100 derajat air panas. Tetapi setiap benda bereaksi secara berbeda."

"Wortel pada mulanya masuk dengan keadaan kuat dan keras. Tetapi setelah melalui air mendidih, ia menjadi lunak dan lemah."

"Telur sangatlah rapuh. Cangkang luar yang tipis melindungi cairan di dalamnya. Tetapi setelah berada dalam air mendidih, dalamnya menjadi mengeras."

"Akan tetapi biji kopi adalah unik. Setelah mereka berada di air mendidih, ia menjadi semakin kuat dan kaya rasa dan baunya." "Yang mana dirimu?" Sang ayah bertanya pada anak perempuannya.

Ketika kesulitan mengetuk pintumu, bagaimana kamu menanggapinya?

Apakah kamu adalah wortel, telur, atau biji kopi?

Apakah kamu wortel yang terlihat kuat, tetapi dengan sedikit rasa sakit, kesulitan, panas kamu menjadi lesu dan lunak tanpa kekuatan?

Apakah kamu telur, yang awalnya memiliki hati yang lunak dan semangat yang terus mengalir seperti cairan? Tetapi setelah sebuah kematian orang terdekatmu, sebuah perpisahan, sebuah perceraian, sebuah PHK kamu menjadi keras dan kaku. Cangkangmu terlihat sama, namun kamu hati dan jiwamu berubah menjadi sangat keras dan kaku.

Atau kamu seperti biji kopi? Biji kopi tidak mendapatkan rasa dan aroma yang kuat sampai ia dipanaskan dalam air mendidih 100 derajat. Ketika keadaan semakin buruk, kamu justru semakin baik. Ketika hari-hari semakin kelam, ujian-ujian semakin berat, jiwamu justru naik ke level selanjutnya.

Bagaimana kamu menangani kesulitan? Apakah kamu wortel, telur, atau biji kopi?

Sumber :